Kisah Haru Dokter Rawat Pasien Covid-19: Mandi di Luar Rumah, Istri Makin Kurus

Setiap hari pulang lewat tengah malam. Mandi di luar rumah jam 2 pagi.
Akhir-akhir ini banyak warga masyarakat yang merasa prihatin dan simpati dengan petugas medis yang berada di garis depan dalam merawat pasien Covid-19.
Publik saja merasa iba melihatnya, apalagi anggota keluarga mereka yang setiap hari bertemu dan sekarang harus sering berpisah.
Perasaan sedih dan prihatin diungkapkan Athirah Roskelana untuk ayahnya Roskelana Parsun, 56 tahun, yang jadi dokter di Dinas Kesehatan Batu Pahat, Johor, Malaysia.

Ayah Mandi di Luar Rumah Jam 2 Pagi

Melalui Twitter, Athirah mengaku tiba-tiba merasa sedih melihat ayahnya terpaksa bekerja hingga larut malam setiap hari sejak wabah Covid-19 melanda negara itu.
" Ayah jam 7.30 pagi sudah harus ada di kantor. Akhir-akhir ini ayah rata-rata jam 1 atau 2 pagi baru pulang ke rumah," katanya.
Setelah mandi dan ganti baju di luar, barulah ayahnya masuk ke dalam rumah. Terkadang ayahnya tak sempat makan malam, dan langsung tertidur karena terlalu lelah.
" Seperti semalam, ayah terlelap di depan TV. Kalau melihatnya seperti itu, saya jadi sedih," kata Athirah.

Adik Tak Bisa Lagi Peluk Ayah

Menurut anak kedua dari empat bersaudara itu, kesibukan ayahnya yang luar biasa itu ternyata berpengaruh terhadap adik bungsunya, Aluni Fathini, yang masih berusia 6 tahun.
Adiknya itu memang sangat dekat dengan ayahnya. Kata Athirah, Aluni ini biasa memeluk ayahnya setiap kali pulang kerja. Tapi sekarang ibunya melarang.
Ibunya pernah cerita, satu kali Aluni ini mengigau, panggil-panggil nama ayahnya saat tidur.
" Tidak tahu lagi bagaimana mengatakan kepadanya kalau ayah ini sedang bertugas menyelamatkan banyak orang. Kadang dia mengerti, kadang tidak," kata Athirah.

Ibu Makin Kurus Memikirkan Ayah

Athirah bahkan mengatakan ibunya sekarang terlihat lebih kurus karena bimbang dengan keselamatan ayahnya.
" Terkadang ayah kirim pesan ke ibu kalau baru saja memeriksa pasien positif Covid-19. Istri mana yang tidak khawatir. Ibu juga terkadang mengomel kenapa banyak yang tidak paham (Covid-19), suruh tinggal di rumah tapi tetap saja mau keluar," ujar Athirah sedih.

Adik Bungsu Mengira Ayah Marah

Gadis berusia 27 tahun itu mengatakan keluarga sangat khawatir ketika ayahnya mengaku tidak sehat. Badannya demam dan sakit tenggorokan.
" Kebetulan pagi tadi ayah baru memeriksa pasien positif Covid-19. Malam itu ayah mengunci diri di kamar. Ayah melarang kami mendekat," kata Athirah.
" Adik bungsu saya sampai keluar kata-kata 'Ayah marah ke Aluni?'. Memang sedih mendengarnya," katanya.
Alhamdulillah, hasil tes menyatakan ayahnya negatif. Ayahnya hanya demam biasa. Saat itu seluruh keluarga lega karena takut terjadi apa-apa dengan ayahnya.

Susah Mencari Orang Yang Pernah Kontak

Athirah juga bercerita soal pengalaman menyedihkan ayahnya yang harus berhadapan dengan pasien Covid-19 hampir setiap hari.
Ayahnya bilang kalau alat pelindung diri yang dipakainya memang cukup menyiksa, karena terasa gerah dan panas.
" Kita yang memakai masker saja kadang merasa tidak nyaman. Apalagi yang memakai baju yang tertutup rapat seperti itu demi keselamatan selama bertugas," kata Athirah.
Ayahnya juga bercerita, sekarang ini susah menemukan orang yang pernah kontak dengan penderita Covid-19. Semua pada takut menyerahkan diri untuk diperiksa.
" Ayah menyarankan bagi orang yang pernah kontak untuk memeriksakan diri untuk kebaikan semua pihak. Memang sebagian tidak merasa tapi dampaknya sangat dirasakan keluarga kami, petugas medis yang ada di garis depan," pungkas Athirah.